Ting Tong!
Cklek!
“Bertengkar
lagi?” Tanya seorang perempuan diambang pintu.
“Jangan
banyak bertanya. Aku sudah lelah bertengkar!” jawab si laki laki seraya
menerobos masuk kedalam rumah.
Sedangkan
si perempuan hanya bisa
mendesah melihat tingkah ‘Sahabat’nya itu. Ia tahu betul bagaimana sifat laki
lakinya itu ketika sedang ada masalah. Entah itu masalah pekerjaan, keuangan
dan rumah tangga. Ya, Si perempuan langsung bisa menebak saat melihat raut
wajah penuh emosi itu dibalik pintu.
“Kau mau minum?” tawar si perempuan.
“Tidak. Aku hanya butuh kau” kata si
laki laki sambil duduk disisi sebelah kanan sebuah kursi panjang. Perempuan itu
langsung mengerti maksud Laki lakinya. Ia kembali mendesah, ada rasa keberatan disana
tapi ia tetap diam dan menurut. Si perempuan duduk diujung sisi lainnya. Tanpa
menunggu aba aba, Si laki laki langsung mendaratkan kepalanya dipangkuan ‘Perempuan’nya
itu.
“Kumohon, ini yang terakhir kalinya”
pinta Laki laki itu mengiba. Perempuan itu hanya bisa pasrah.
Hening. Keduanya larut dalam
pikirannya masing masing. Hingga si Perempuan tersadar saat merasakan sesuatu
merembes membasahi pahanya. Laki lakinya menangis dalam diam. Tidak biasanya ia
seperti ini, batin Perempuan berkulit kuning langsat itu. Ingin sekali, tangannya
membelai rambut Laki lakinya. Sekedar untuk menenangkan batinnya yang terluka
tapi apa daya, ia tak berhak. Sama sekali tidak, walaupun ia mengaku sebagai
sahabatnya sekalipun.
“Aku tidak sanggup lagi” kata Laki
laki itu sambil menahan isakannya. “Aku ingin mengakhirinya . . .” tangisnya
pecah sudah. Ia semakin meringkuk dalam pangkuan Perempuannya. Berharap ada
yang memeluknya saat itu, setidaknya untuk menyakinkan bahwa ia tidak sendiri. Mengatakan
bahwa esok akan baik baik saja tapi sia - sia, Perempuannya masih saja bergeming. Baca selengkapnya
0 komentar:
Posting Komentar